FA BI DZAALIKA FALYAFRAHUU
Coba tebak tangan siapa itu yang pegang Al Qur'an Surat Ar Rohman itu.
Clue-nya, jarinya seperti jempol semua. Kalau belum tahu, Do'i Juragan Tembakau. Belum tahu juga... Huruf depan namanya adalah Andi dan huruf akhirnya adalah Moddin. Do'i juga Sarpras sejati. Semoga ABADI menjabat Sarpras di MTs Unggulan Ma'arif NU Nurul Islam Bades tercinta. Sudah tahu kan?
Waktu itu do'i dapat jatah membaca Juz 27, 28 dan 30 di Batu Ampar Pamekasan. Itu dalam rangkaian Refresh diri mumpung ada 2 hari libur. Khataman di mulai dari Mbah Hamid kemudian Sunan Ampel, dan berlanjut di Batu Ampar dan berakhir di Syaikhona Kholil Bangkalan. Bahasa kita adalah ngalap berkah dari beliau-beliau. Kok bisa ya, setelah puluhan bahkan ratusan tahun dari wafatnya, nama-nama beliau masih disebut, masih dikunjungi dan didoakan. Apa yang beliau lakukan sehingga masih dikenang hingga sekarang. Jawabannya dalam perspektif saya adalah apa yang beliau lakukan itu diliputi, dibalut, dibungkus dengan surat al-ikhlash. Sehingga yg ada hanya Dia yang Ahad. Semoga kita bisa dan mau menempuh jalur itu sehingga memperoleh keabadian.
Selama perjalanan kemarin 100% isinya hanya kebahagiaan mulai awal hingga akhir. Tidak ada hal-hal yang bisa merusak suasana seperti tafaakhur bil amwaal wal aulaad, syukhriyah dan lainnya. Yang ada adalah hal-hal yg membahagiakan seperti bebek ninja dan bebek laler, juga ada kejadian cumcum yg menimpa Pak Kurikulum, ada yg menginjak "EMAS" Ketika masuk Mall yang horor, peristiwa iwak P, gojlok menggojlok dan yang lainnya. Sampai ada celetukan "gak penting saiki kebenaran, seng penting ngguyu". Ternyata bahagia itu mudah dan murah dan tersebar di sekeliling, tinggal kepekaan saja untuk merasakannya. Pertanyaannya, sebagai guru, apakah bisa menebarkan rasa itu di sekolah juga di kelas sehingga tercipta dan tersebar aura kebahagiaan. Jawabannya, ayo bareng-bareng belajar seperti itu. Salah satunya dengan mentadabburi surat ar Rohman dan mengaplikasikannya. Jangan sampai kita termasuk yang di-bully Allah dengan pertanyaan yang diulang lebih dari 30 kali itu. Jadi ingat dulu ketika darusan dan membaca surat itu, teman yang menyimak nyeletuk, "ngaji kok ketiban-ketiban ae". Kalau difikir kenapa pertanyaan itu diulang sebanyak itu. Apakah itu untuk menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak dalam lingkup Rahmat-Nya.
Mana yang bukan rahmat, sekolah besar, murid masih banyak, HR lumayanlah dan tidak pernah telat lama sampai berbulan-bulan meskipun kayaknya perlu ada kenaikan seperti tetangga. Fasilitasnya lumayan terpenuhi apalagi sarprasnya saudara dari Inspektur Ladhu sing. Dengan rahmat yang masih melimpah seperti itu, apakah pantas untuk sambat. Terutama dengan murid-murid yang mayoritas masih begitu saja. Kekurangan pasti ada, apakah itu yang diperhatikan. Tentu tidak kan. Berkaca dari tokoh di atas, marilah untuk senantiasa bersyukur dengan apa yang masih diamanahkan.
Akhirnya, dengan anugerah dan rahmat yang masih melimpah itu,
Fabidzaalika Falyafrahuu.